Bila benda yang kita miliki tidak lagi bekerja sebagai mestinya atau rusak, maka kita dihadapkan kepada tiga pemikiran,yaitu
1.membeli yang baru,
2.dibawa ke tempat reparsi untuk meminta memperbaikinya, atau
3.mencoba memperbaikinya sendiri dengan landasan pengetahuan yang kita miliki mengenai benda yang rusak itu
Pola berpikir itu mungkin karena kebiasaan, bakat yang kita miliki, atau pengaruh pendidikan atau lingkungan.. Saya sendiri "menganut" pola berpikir yang ke tiga, baik benda itu mahal ataupun murahSaya tidak tahu apakah ini karena bakat, atau pendidikan sejak kecil, baik di sekolah maupun di rumah atau/dan pengaruah lingkungan.
Kami hidup di kampong pinggiran kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Kami dibiasakan makan bersama. Ayah dan ibu di kedua ujung meja. Masing-masing mempunyai piring sendiri-sendiri. Piring ayah khusus, piring seng beremil yang memupunyai pegangan dan anak-anak juga piring seng beremail yang diberi inisial nama masing-masing. Sehabis makan masing=maing piring itu harus kami cuci sendiri. Selain itu kamipun diberi tugas bergilir untuk menyapu lantai dan halaman dan membersihkan kursimeja, memberi makan burung-burung piaraan dan lain-lain.
Hubungan kami dengan tetangga sangat dekat. Diantara tetangga itu ada yang kami ( anak-anak) memanggilnya mang Atjeng ( tj = c ). Ia dalam pandangan kami sangat cekatan dan terampil. Bila ada barang (apa saja) yang rusak, orang tua kami menyuruh saya membawanya ke mang Aceng itu untuk minta memperbaikinya. Selama ia bekerja saya selalu ada didekatnya dan memperhatikan apa yang ia kerjakan. Sangat menyenangkan, karena sambil bekerja ia juga memberi penjelasan mengapa barang itu rusak dan bagimana memperbaikinya. Cara ia bekerja sangat mengesankan dan tanpa disadari mulai mempengaruhi saya. Ia seorang guru yang baik
Saya mulai "tuturuti" suka mengutak-atik mainan-mainan yang saya miliki. Mulai mencoba memperbaiki mainan yang rusak, atau kadang-kadang membongkar dahulu mainan yang tidak apa-apa kemudian mencoba memperbaikinya. Ada yang berhasil dan ada yang tidak, akan tetapi sangat mengasikkan. Adik-adik saya suka minta tolong padaku untuk memperbaiki mainannya yang rusak. Saya menjadi orang yang berguna bagi adik-adik dalam hal mengoprek mainan.
Aktivitas ngoprek ini berlangsung terus dan dengan jenisnya yang semakin bertambah sesuai dengan perkembangan pendidikan dan umur
Ada kegemaran lain yang menjadi penyokong bagi kegiaan ini (yang telah menjadi "hobby") yaitu mengumpulkan alat-alat. Maka dirumah itu selain ada meja kerja untuk kegiatan profesi kantoran ada meja lagi yang penuh peralatatan untuk profesi bongkar pasang itu..
Setelah berkeluarga peran adik-adik dahulu diganti oleh para tetamgga yang meminta tolong untuk memperbaiki alat-alat mereka yang rusak yang umumnya alat-alat rumah tangga listrk.Lumayan bisa bermamfaat bagi orang lain, walaupun sedikit. Dan ini akan saya teruskan selama mata dan tangan memungkinkan melakukan kegiatan itu. InsyaaAllah.
Waktu kanak-kanak bongkar speda-motor boongan, udah gede bongkar speda-motor beneran.
Menurut hemat saya disamping pengaruh lingkungan atau pengaruh didikan berperan juga bakat. Bakat bisa menunjang pengaruah lingkungan atau sebaliknya lingkungan menunjang bakat, atau keduanya saling menunjang.
1 komentar:
Menurut hemat saya disamping pengaruh lingkungan atau pengaruh didikan berperan juga bakat.
Bakat bisa menunjang pengaruah lingkungan atau sebaliknya lingkungan menunjang bakat, atau keduanya saling menunjang.
Posting Komentar