blog-indonesia.com

Minggu, 29 Maret 2009

Jalan Braga


Jalan Braga

dan Jalan Lengkong

Jalan Braga adalah sebuah jalan yang tidak asing lagi bagi penduduk Bandung, bahkan juga bagi orang-orang di luar Bandung seperti Jakarta. Ia terletak di pusat kota,dan hanya beberapa puluh meter dari patok Kilometer 0. Patok in terpancang di depan Kantor Pekerjaan Umum. Jalan Braga ini sudah ada sejak jaman Belanda dan merupakan jalan elit di jaman itu, tempat orang-orang Belanda dan priyayi-priyayi berjalan-jalan dan berbelanja di toko-toko yang ada disepanjang jalan itu. Barang-barang di toko-tokonya itu bagus-bagus dan berupa barang-barang mewah, yang tentunya harganya mahal-mahal. Pada jaman pendudukan Jepang mulaiah jalan ini "me-rakyat".

Banyak orang yang mengira Braga ini dari bahasa Belanda. Ini sama sekali tidak benar. Braga ini benar-benar bahasa Sunda. Ia berasal dari baraga yaitu suatu jalan yang berdampingan dengan suatu sungai. Seperti kita ketahui Bandung itu dibelah oleh sungai Cikapundung, yang mengalir berkelok-kelok dari Utara ke Selatan. Waktu mendekati Jalan Asia-Afrika sungai Cikapundung itu berdampingan dengan suatu jalan. Cikapundung memotong jalan (ke bawahnya)dan terus berkelok-kelok mengalir ke Selatan, sedang baraga itu masuk ke Jalan Asia-Afrika.

Waktu di Bandung jalan-jalan mulai diberi nama, maka untuk jalan yang satu ini diberilah nama Jalan Baraga, sesuai dengan namanya sendiri. Entah karena apa lama-lama baraga menjadi braga. Mungkin untuk orang-orang Belanda (ingat dahulu jalan ini adalah "jalan faforit orang Belanda") lebih mudah mengucapkan braga daripada baraga. Lalu kita ikut-ikutan, maka sampai sekarang Jl. Baraga itu tetap jadi Jl. Braga. (wallohualam)

  Lukisan Jl. Braga tahun 1937

Dari Jalan Asia-Afrika sungai Cikapundung ini terus mengalir ke Selatan, berkelok-kelok dan agak membesar. Dahulu kalau hujan besar di bagian ini sering meluap menjadi telaga. Karena itu daerah ini dissebut Lengkong. Mungkin itulah sebabnya nama jalan di daerah ini dari Utara ke Selatan diberi nama Jalan Lengkong (Besar). (Ini juga wallohualam)



Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru
Lengkap dengan segala yang Anda sukai tentang Messenger!

Sabtu, 28 Maret 2009

Musibah Tanggul Situ Gintung

Musibah Tanggul Situ Gintung

Kami pengasuh dan semua pengunjung Blog Serba-serbi  MemSakri  menyampaikan rasa simpati dan turut berduka-cita sedalam-dalamnya kepada semua korban jebolnya tanggul Situ Gintung yang terjadi pada hari Jum'at tanggal 27-3-09 dini hari.

Semoga yang meninggal dunia diampuni segala dosanya dan diterima amal ibadahnya dan ditempatkan di tempat yang layak di sisi Tuhan dan  yang ditinggalkannya diberi keikhlasan dan kesabaran. Dan semua yang   kehilangan harta bendanya mendapat penggantian yang lebih baik dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Amiin


Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang!
Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah

Jumat, 06 Maret 2009

Tuhan yang mengaturnya

Tuhan yang mengaturnya

Suatu pengalaman waktu Revolusi. Kisahnya tidak seru dan sederhana tapi bila kita renungkan lebih mendalam ia dapat meningkatkan keimanan. Inilah kisahnya:


Setelah Indonesia merdeka, di dalam negeri kita dihadapkan kepada persoalan gerakan yang hendak mendirikan negara islam, yang dikenal dengan gerakan D.I. Mereka melakukan kekacauan-kekacauan, terutama di daerah-daerah pedalaman. Maka tugas TNI-lah untuk menumpas gerakan-gerakan ini, sehingga sering terjadi pertempuran kecil-kecilan.

Pada tgl. 2 Juli 1947 Belanda melakukan Aksi Militernya yang ke-1. Maka TNI itu selain memberantas D.I sekarang harus berhadapan dengan tentara Belanda. Ini tidak berlangsung lama, karena atas campur tangan Internasional lahirlah kesepakatan Renville. Republik Indonesia kehilangan beberapa daerah, kecuali Sumatra dan Pulau Jawa (minus daerah-daerah yang diduduki Belanda, yang sebagian besar berupa beberapa kota). Divisi Siliwangi "Hijrah" ke Jogja, dan saya waktu itu bergabung dengan TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar).

Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melanggar kesepakatan Renville dengan melakukan Aksi Militernya yang ke-2. Jogja dapat mereka duduki Bung Karno dan Bung Hatta mereka tawan. Karena itu pasukan yang telah Hijrah kembali ke daerahnya masing-masing untuk melanjutkan perang gerilyanya. Saya pada waktu itu sedang terbaring di Rumah Sakit Magelang karena sakit, akan tetapi dalam keadaan hampir sembuh. Saya segera menggabungkan diri dengan Batalyon Sudarman yang bermarkas di Magelang untuk ikut kembali ke Jawa Barat. (Waktu itu setiap batalyon diberi nama komandan batalyonnya)

Untuk menghindari pengintaian tentara Belanda dari udara, maka perjalanan pulang dilakukan melalui perkampungan, hutan dan kadang-kadang pegunungan, siang hari atau malam hari Setelah kira-kira 40 hari perjalanan kami tiba di tempat tujuan Batalyon Sudarman, yaitu Langkaplancar, suatu tempat di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Timur. Disana sudah ada kesatuan D.I. yang jumlahnya kecil. Mungkin karena jumlah mereka kecil mereka mau menerima kesepakatan untuk "damai". Setelah beberapa hari disana saya minta izin kepada Mayor Sudarman untuk pulang ke Tasikmalaya menemui orang tua dan kemudian untuk bergabung kembali dengan TRIP yang mungkin sudah kembali di sekitar Tasikmalaya.. Oleh beliau saya diperkenalkan kepada seorang anggauta D.I. dari bagian Perbekalan yang juga akan ke Tasik untuk mencari dana.. Namanya saya lupa lagi maka untuk mudahnya sebut saja Hasan. Maka berangkatlah saya dengan Hasan dan dua orang temannya menuju daerah Tasikmalaya.


Perjalanan dilakukan melalui perkampungan (daerah "kekuasaan" D.T.) dan selama perjalanan kami menginap di pos-pos mereka. Saya diperkenalkan kepada teman-teman Hasan sebagai saudaranya dan sebagai anggauta mereka. Setelah berjalan beberapa hari tibalah kami di pinggiran kota Tasikmalaya. Karena tidak tahu situasi Tasik waktu itu, kami menuju rumah kerabat saya untuk istirahat dan mengabarkan kehadiran saya pada orang tua agar mereka tidak terkejut mendengar kehadiran saya sacara tiba-tiba. Esoknya saya dijemput ibu dengan naik delman. Keharuan perjumpaan tidak perlu diceritakan lagi. Hasan ikut mengantarkan ke rumah di Sukalaya. Kami mengucpkan banyak-banyak terima kasih kepadanya dan sebelum meninggalkan kami ia bercerita bahwa ia itu pernah jadi santri (masantren) pada aki Sukalaya Ajengan Fahrurodji, yaitu kakek saya dan Hasan mengenaliku sebagai cucunya. Karena itulah ia "mengantarkan" saya pulang.


Beberapa hari kemudian saya mendapat kabar bahwa Batalyon Sudarman mendapat serangan dari tentara Belanda, dan kesempatan ini digunakan juga oleh gerombolan D.I. untuk ikut menyerang dankarenanya banyak prajurit TNI yang gugur. Serangan itu terjadi kira-kira 3 hari setelah saya meninggalkan Batalyon itu. Selain dari pada itu di daerah-daerah pedalaman mulai terjadi gangguan-gangguan dari D.I. Kalau waktu itu saya masih ada di sana ceritanya mungkin akan lain.. Demikian pula bila kepada anggauta-anggauta D.I. di pos=pos mereka itu Hasan tidak mengarang cerita mengenai saya, mungkin saya tidak ak sampai ke tujuan.. Maha Suci Allah. Beliau menhendaki lain. Waktu saya tiba di Langkaplancar Tuhan telah "menempatkan" Hasan disana untuk "menjemputku", mengenaliku dan mengantarku pulang dengan aman. Semoga Hasan ini diterima amal salehnya Amiin.


Atas peristiwa in saya hanya bisa mengucapakan: Segala puji bagi Allah, dan Allah Maha Kuasa Semoga kejadian yang sederhana ini bisa meningkatkan keimanan kita semua. Amiin

.



Berbagi video sambil chatting dengan teman di Messenger.
Sekarang bisa dengan Yahoo! Messenger baru.